Di tengah pandemi Covid-19, PT Saraswanti Anugerah Makmur Tbk (SAMF) mampu mengantongi laba bersih Rp54,65 miliar per akhir Juni 2021. Angka itu naik sekitar 19% dibandingkan dengan periode sama 2020 yang sekitar Rp45,53 miliar.
Mengutip laporan keuangan perseroan yang dipublikasikan Rabu (28/7/2021) terlihat torehan semester I 2021 tersebut tak terlepas dari kemampuan mengerek pendapatan sebesar 14%. Bila pada semester I 2020 pendapatan produsen pupuk NPK itu sebesar Rp623,86 miliar, kini tercatat Rp711,88 miliar.
“Penjualan kami bertumbuh sekalipun di tengah pandemi Covid-19. Hal itu mengingat sektor pupuk masih sangat prospektif dan tetap beroperasi di tengah pandemi,” ujar Direktur Utama SAMF, Yahya Taufik ketika dihubungi per telepon mengomentari kinerja semester I 2021, Rabu (28/7/2021).
Mengutip instruksi Mendagri Nomor 24 tahun 2021 tentang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4 dan Level 3 Corona Virus Disease 2019 di wilayah Jawa dan Bali, industri pupuk dan petrokimia termasuk sektor kritikal.
Untuk sektor kritikal, dapat beroperasi 100% maksimal staf, hanya pada fasilitas produksi/konstruksi/pelayanan kepada masyarakat.
Sedangkan untuk pelayanan administrasi perkantoran guna mendukung operasional, diberlakukan maksimal 25% maksimal staf work from office (WFO).
Yahya mengatakan, aktivitas di perkebunan tetap berjalan, begitu juga aktivitas produksi pupuk di pabrik. Tentu, laju penjualan guna memenuhi pasar pun terus bergulir.
“Karena itu, kinerja kami tetap inline seperti yang sudah kami sampaikan dalam paparan publik beberapa waktu lalu. Di sisi lain, kami juga berharap pandemi Covid-19 segera berakhir sehingga kehidupan dan kegiatan masyarakat kembali seperti sediakala,” ujar Yahya.
Yahya mengaku, pihaknya optimistis mampu mencapai target tahun 2021. “Karena pasar pupuk di Indonesia masih sangat prospektif, apalagi saat ini harga sawit juga sedang bagus,” tandasnya.
Sementara itu, mengutip laporan keuangan perseroan per akhir Juni 2021, terlihat jumlah aset Saraswanti meningkat dibandingkan periode sama 2020, yakni dari Rp1,34 triliun menjadi Rp1,43 triliun. Sedangkan liabilitas perseroan saat ini sebesar Rp 681,79 miliar, naik tipis dari semula Rp558,30 miliar. (*/cr2)
Sumber: beritasatu.com