oleh

PT Darma Henwa Tbk Dirikan Perusahaan Baru untuk Perkuat Struktur Bisnis Perseroan

PT Darma Henwa Tbk (DEWA), emiten kontraktor batu bara melalui kedua anak usahanya PT Dire Pratama (Dire) dan PT Dire Pratama Services (DPS) telah mendirikan perusahaan baru, PT Dire Terminal Indonesia (DTI). Aksi korporasi ini dilakukan untuk memperkuat struktur bisnis perseroan.

Berdasarkan keterangan resmi, Jumat (3/9/2021), Dire Terminal Indonesia bergerak di bidang aktivitas pelayanan kepelabuhan laut. Di dalam perusahaan baru tersebut, Dire memiliki 99% dan DPS memiliki 1% saham. “Tujuan pendirian perusahaan baru tersebut untuk memperkuat struktur bisnis dan pengembangan usaha Dire dengan adanya peluang besar untuk pengelolaan pelabuhan umum di Indonesia,” jelas Chief Investor Relations & Corporate Secretary Mukson Arif Rosyidi.

Baca Juga  Respons Diana Devi Kadin DKI Soal UMP 2022 Sebesar Rp 4,45 Juta

Mukson menambahkan, pendirian perusahaan baru sebagai langkah diversifikasi usaha untuk meningkatkan nilai tambah perseroan di masa mendatang. Selain itu, akan berdampak pada kinerja keuangan perseroan pada saat perusahaan mendapatkan kontrak pengelolaan pelabuhan umum di Indonesia. “Jika sudah beroperasi, kondisi keuangan perseroan akan lebih baik dengan adanya tambahan pendapatan dari Dire Terminal Indonesia,” jelas dia.

Baca Juga  Pemkot Cilegon Menyerahkan Donasi Penggalangan Dana Ke Kedubes Palestina

Di sisi lain, Darma Henwa hingga kuartal 2021 mencatat pertumbuhan laba 26,9% atau US$ 0,88 juta. Kinerja positif ini diraih setelah perseroan mengurangi biaya operasi melalui efisiensi program pemeliharaan, global sourcing, dan meningkatkan kapasitas fleet produksi. Pertumbuhan laba ditopang total volume pemindahan material menggunakan fleet produksi yang meningkat 26,4% menjadi 16,3 juta bcm, dari 12,9 juta bcm pada kuartal pertama 2020.

Baca Juga  Ketua Umum SMSI Firdaus: Kita Tingkatkan Kebersamaan untuk Menjaga Negeri

Sedangkan volume produksi dari subkontraktor turun menjadi 11,0 juta bcm dari 22,7 juta bcm pada kuartal pertama 2020. Akibatnya, total volume pemindahan material menurun 23,3% menjadi 27,3 juta bcm dari 35,6 juta bcm.

Hal itu disebabkan karena perseroan menghentikan subkontraktor di Proyek Bengalon pada pertengahan 2020 karena tidak ekonomis. (*/cr2)

Sumber: beritasatu.com

News Feed